Jumat, November 19, 2010

Sharing Pelayanan

KUASA TUHAN DIBALIK LUKA

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

“Rumah sederhana itu menjadi saksi ketabahan iman”. Aku bertandang ke rumah itu sesuai dengan janjiku dengan seorang ibu setengah baya di sebuah rumah duka. Aku duduk di sofa dengan menikmati suara “tokek”. Mataku tertuju pada ayat Firman Tuhan yang difigura sangat indah : “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13). Ayat itu bukan sekedar hiasan, tetapi merupakan gambaran akan perjuangan iman seorang ibu di tengah keraguan akibat musibah besar yang menimpanya. Ibu itu menjadi korban ledakan gas. Suaminya meninggal dunia karena ingin menyelamatkan istri dan anak-anaknya walaupun sebenarnya ia berada di halaman ketika rumahnya terbakar. Cinta terhadap keluarganya ternyata telah mengalahkan keselamatan dirinya seperti cinta Tuhan Yesus bagi umat manusia : ““Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13). Seluruh badan ibu itu cacat akibat luka bakar, kecuali wajahnya yang disyukurinya karena penting sebagai penjual makanan. Di tengah keraguan akan kebaikan Tuhan akibat musibah yang menghantamnya, ia terus berjuang untuk tetap melangkah di dalam iman. “Praise and Worship” (Pujian dan Penyembahan) kepada Tuhan ternyata merupakan kuncinya. Pujian dan Penyembahan telah memelihara mata rohaninya sehingga ia tetap mampu melihat kebajikan Tuhan di setiap jengkal peristiwa kehidupan. “Walaupun badanku cacat, aku tetap berjalan tegak karena Dia yang aku sembah”, katanya bangga.

“Tuhanku, luar biasa dan dasyat,” aku mengungkapkan kekagumanku terhadap Yang Mahakuasa. Tuhan memampukan seorang manusia yang sempat terpuruk untuk tidak berpikiran terlalu kecil tentang apa yang dapat dilakukan Allah di dalam hidupnya dan bersiap bagi Allah yang akan melakukan hal-hal besar (Stormie Omartian. Doa Yang Mengubah Segala Sesuatu : Kuasa Tersembunyi Dalam Pujian. Immanuel. Jakarta. 2006. Hlm. 225). Semangat hidup ibu yang cacat itu memotivasiku untuk tidak mengeluh terhadap luka-luka di kulitku yang muncul tenggelam tergantung kadar gula dalam darahku. Selama ini aku menderita bukan karena rasa sakit yang ditimbulkan dari luka-luka fisik yang menganga, tetapi akibat pikiran negatif dari diriku sendiri bahwa orang mencemoohkan aku. Dengan terus menerus mengeluh terhadap keadaanku, aku sebenarnya membangun sebuah tembok pembatas antara aku dan Tuhan. Mataku terhalang untuk melihat berkat Tuhan dibalik luka-luka yang harus aku tanggung. Kini jiwaku terbuka terhadap berkat kasih Tuhan melalui perhatian banyak orang kepadaku seperti pemberian berbagai macam obat sampai memenuhi kamar atau teguran kasih : “Romo, hati-hati ya dengan makanan, kami membutuhkan Romo”. Aku sekarang bisa mengatakan “Don’t worried, be happy”.

Aku bertekad untuk terus membangun imanku dengan doa pujian sederhana setiap saat. Aku dapat melakukannya di kamar, di ruang doa, dan di tengah kemacetan kota Jakarta dengan mengikuti lagu-lagu rohani dari tape recorder. Pujian sederhana akan mengalirkan iman yang baru dalam jiwa. Pujian kepada Allah akan membimbing jiwa untuk membiarkan diri dikuasai oleh Sabda-Nya seperti yang ditekankan oleh Kardinal Carlo Maria Martini, S.J. dalam latihan rohani. Here I recall the second annotation of the Spiritual Exercises , which calls on us to let ourselves be penetrated by God’s Words (Cardinal Carlo Maria Martini, SJ. Abraham Our Father in Faith. Gujarat Sahitya Prakasih. India. 1992. P. 8). Yang penting : “Jangan takut dianggap kerasukan setan oleh segelintir orang karena rahmat Allah tidak akan pernah hilang !”. Sabda Allah yang didetentangkan dalam pujian akan membuat kebajikan Allah semakin gamblang disetiap sudut jiwa. Tuhan memberkati.

Bacaan Rohani :

1 Cardinal Carlo Maria Martini, SJ. Abraham Our Father in Faith. Gujarat Sahitya Prakasih. India. 1992.

2 Stormie Omartian. Doa Yang Mengubah Segala Sesuatu : Kuasa Tersembunyi Dalam Pujian. Immanuel. Jakarta. 2006.



dikutip dari email Bpk. Arifin Muliawan

Pesan Natal Bersama 2010



PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
TAHUN 2010

"Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia"
(bdk. Yoh. 1:9)


Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

•1. Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan kedatangan Dia, yang mengatakan: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup"1. Dalam merenungkan peristiwa ini, rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: "Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya"2. Suasana yang sama juga meliputi perayaan Natal kita yang terjalin dan dikemas untuk merenungkan harapan itu dengan tema: "Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dunia".

•2. Saudara-saudari terkasih,
Kita bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara konsti-tusional menjamin kebebasan beragama. Namun akhir-akhir ini gejala-gejala kekerasan atas nama agama semakin tampak dan mengancam ke-rukunan hidup beragama dalam masyarakat. Hal ini mencemaskan pihak-pihak yang mengalami perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat kita. Kita semakin merasa risau akan perkembangan "peradaban" yang mengarus-utamakan jumlah penganut agama; "peradaban" yang memenangkan mereka yang bersuara keras berhadapan dengan mereka tidak memiliki kesempatan bersuara; "peradaban" yang memenangkan mereka yang hidup mapan atas mereka yang terpinggirkan. Peradaban yang sedemikian itu pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan balas-dendam: suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian dari pada budaya cinta yang menghidupkan.
Keadaan yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para penang-gungjawab publik yang tidak sepenuhnya memperjuangkan kepentingan rakyat kebanyakan. Para penanggungjawab publik memperlihatkan kiner-ja dan moralitas yang cenderung merugikan kesejahteraan bersama. So-rotan media massa terhadap kinerja penanggungjawab publik yang kurang peka terhadap kepentingan masyarakat, khususnya yang terung-kap dengan praktek korupsi dan mafia hukum hampir di segala segi kehidupan berbangsa, sungguh-sungguh memilukan dan sangat mempri-hatinkan, karena itu adalah kejahatan sosial.
Kenyataan ini yang berlawanan dengan keadaan masyarakat yang sema-kin jauh dari sejahtera, termasuk sulitnya lapangan kerja, semakin mem-perparah kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor murni alami maupun karena dampak campur-tangan kesalahan manusiawi, terutama dalam penanganan dan penanggulangannya. Sisi-sisi gelap dalam peradaban masyarakat kita dewasa ini membuat kita semakin membutuhkan Terang yang sesungguhnya itu.
Terang yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus menjelma menjadi ma-nusia, sudah datang ke dalam dunia. Walaupun banyak orang menolak Terang itu, namun Terang yang sesungguhnya ini membawa pengha-rapan sejati bagi umat manusia. Di tengah kegelapan, Terang itu me-numbuhkan pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan. Bahkan di tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui batas-batas suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun. Terang itu membawa Roh yang memerdekakan kita dari pelbagai kege-lapan, sebagaimana dikatakan oleh Penginjil Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang"3.
Natal adalah tindakan nyata Allah untuk mempersatukan kembali di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya4. Semua yang dilihat-Nya baik adanya itu5, yang telah dirusakkan dan diceraiberaikan oleh kejahatan manusia, menemukan dirinya di dalam Terang itu. Oleh karena itu, dengan menyambut dan merayakan Natal sebaik-baiknya, kita menerima kembali, „Ÿ dan demikian juga menya-tukan diri kita dengan „Ÿ karya penyelamatan Allah yang baik bagi semua orang.
Di dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan, bahwa Terang sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di da-lam kehidupan kita. Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka wawasan baru bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan. Inilah semangat yang selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di mana kita sekarang sedang menjalani pergumulan hidup ini.

•3. Saudara-saudari terkasih,
Peristiwa Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan ber-sama.
•· Bersama Rasul Paulus, kami mengajak seluruh umat kristiani di tanah air tercinta ini: "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan"6, karena dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang dikalahkannya.
•· Selanjutnya kita wajib ikut-serta mewujudkan masyarakat yang sejah-tera, adil dan makmur, bahkan melalui usaha-usaha kecil tetapi konkrit seperti menjalin hubungan baik dengan sesama warga masyarakat demi kesejahteraan bersama. Kita turut menjaga dan memelihara serta melestarikan lingkungan alam ciptaan, antara lain dengan menanam pohon dan mengelola pertanian selaras alam, dengan tidak membuang sampah secara sembarangan; mempergunakan air dan listrik seperlunya, mempergunakan alat-alat rumahtangga yang ramah lingkungan.
•· Dalam situasi bencana seperti sekarang ini kita melibatkan diri secara proaktif dalam pelbagai gerakan solidaritas dan kepedulian sosial bagi para korban, baik yang diprakarsai gereja, masyarakat maupun pemerintah.
•· Marilah kita memantapkan penghayatan keberimanan kristiani kita, terutama secara batiniah, sambil menghindarkan praktik-praktik iba-dat keagamaan kita secara lahiriah, semu dan dangkal. Hidup beragama yang sejati bukan hanya praktik-praktik lahiriah yang ditetap-kan oleh lembaga keagamaan, melainkan berpangkal pada hubungan yang erat dan mesra dengan Allah secara pribadi.
Akhirnya, marilah kita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya dalam kesederhanaan dan kesahajaan penyembah-penyembah-Nya yang pertama, yakni para gembala di padang Efrata, tanpa jatuh ke dalam perayaan gegap-gempita yang lahiriah saja. Marilah kita percaya kepada Terang itu yang sudah bermukim di antara kita, supaya kita menjadi anak-anak Terang7.[1]Dengan demikian perayaan Natal menjadi kesempatan mulia bagi kita untuk membangkitkan dan menggerakkan peradaban kasih sebagai tanda penerimaan akan Terang itu dalam lingkungan kita masing-masing. Dengan pemikiran serta ungkapan hati itu, kami mengucapkan:


SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011



Jakarta, 12 November 2010

Atas nama




PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA

DI INDONESIA (PGI), INDONESIA (KWI),



Pdt. Dr. A.A. Yewangoe Mgr. M.D. Situmorang OFMCap.

Ketua Umum Ketua



Pdt. Gomar Gultom, M.Th. Mgr. J.M. Pujasumarta

Sekretaris Umum Sekretaris Jenderal

Selasa, November 09, 2010

INFO MERAPI

Sisi Lain Letusan Merapi
Pasir dan Abu Vulkanik Bernilai Ekonomi

Senin, 8 November 2010 | 06:53 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Pasir yang terkandung dalam material vulkanik yang dimuntahkan gunung api, termasuk Gunung Merapi, merupakan pasir kualitas terbaik untuk bahan bangunan. Adapun debu gunung berapi sangat baik digunakan untuk mengembalikan kesuburan tanah.

Dosen Vulkanologi yang juga Kepala Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, saat dihubungi dari Jakarta pada Minggu (7/11/2010) mengatakan, fungsi pasir gunung api sebenarnya sama dengan pasir biasa. Namun, kandungan silika (SiO) yang tinggi membuat kualitasnya menjadi sangat baik.

Pasir gunung api baik digunakan untuk penjernih air. Pola silika yang berujung runcing membuat kemampuan pasir menyerap partikel tidak diinginkan jauh lebih baik ketimbang pasir biasa. Meski demikian, penggunaan pasir gunung api sebagai penjernih air tetap membutuhkan bahan lain, seperti zeolit dan arang kayu.

"Dalam penjernih air, fungsi pasir gunung api hanya menggantikan fungsi pasir biasa," katanya.

Pasir gunung api juga sangat baik digunakan untuk bahan beton. Ujung silika yang runcing membentuk partikel yang memiliki sudut. Pola partikel bersudut itulah yang membuat ikatan pasir gunung api dengan semen menjadi lebih kuat.

Pasir biasa memiliki ujung bulat sehingga kekuatan ikatannya dengan bahan pembuat beton lainnya lebih lemah.

Dosen Panas Bumi dan Gunung Api Institut Teknologi Bandung, Asnawir Nasution, mengatakan, selain silika, pasir gunung api juga memiliki kandungan besi (FeO). Kandungan besi pasir gunung api sangat baik karena belum mengalami pelapukan sehingga baik untuk campuran bahan bangunan.

"Pasir gunung api juga memiliki kandungan lempung yang sangat sedikit. Selain membuat beton semakin kuat, sedikitnya lempung juga akan meningkatkan daya tahan beton dan membuat tingkat kekeroposan beton lebih rendah," ucapnya.

Di Jawa Tengah, pasir Gunung Merapi menjadi incaran, sedangkan di Jawa Barat pasir Gunung Galunggung menjadi primadona. Menurut Asnawir, harga pasir Gunung Galunggung bisa mencapai Rp 900.000 per truk, sedangkan pasir biasa yang didatangkan dari Garut hanya dihargai Rp 500.000 per truk.

Unsur hara

Eko mengatakan, material vulkanik yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan hanya yang berupa pasir atau kerikil. Material berukuran besar itu hanya terdapat di sekitar letusan gunung api. Jika mencermati letusan Gunung Merapi saat ini, pasir yang dapat dipergunakan diperkirakan hanya yang berada dalam radius 15 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Material debu hanya dapat dimanfaatkan untuk memperkaya unsur hara dalam tanah. Kandungan unsur hara material gunung api dapat digunakan untuk menetralisasi "kecapaian" tanah yang selama ini banyak diberi pupuk anorganik.

Menurut Asnawir, fungsi debu gunung api sebagai pupuk sangat ditentukan oleh ketebalan dan lokasinya. Debu gunung yang tebal belum dapat digunakan langsung karena masih panas dan kandungan gasnya tinggi.

Dalam kasus Gunung Galunggung, lingkungan gunung yang hancur akibat debu hanya membutuhkan waktu satu tahun untuk berubah menjadi hijau kembali. "Debu yang mencapai daerah jauh, seperti debu Merapi di Bandung, tetap sulit dimanfaatkan. Debu yang tipis akan mudah terbawa air hujan dan angin sehingga sulit untuk dimanfaatkan," tuturnya.

Membersihkan

Menurut Eko, dari kasus letusan Gunung Kelud, masyarakat di sekitar gunung memiliki dua sapu panjang yang dapat digunakan untuk membersihkan pasir dan debu vulkanik di rumah mereka.

Sapu pertama yang dicelupkan ke air difungsikan untuk membasahi pasir agar mudah ditarik ke bawah. Adapun sapu kedua yang dilengkapi penampung debu digunakan untuk menarik material lembab yang berada di atas genteng.

Material di atas genteng jangan disiram dengan air karena justru akan menambah berat material sisa gunung api. Karena beban bertambah, kondisi itu bisa memicu ambruknya rumah.

"Teknik melembabkan material di atas genteng dan penggunaan sapu panjang ini bisa diterapkan dalam kasus di Merapi," katanya. (MZW)

Kompas, 8 November 2010

Senin, November 01, 2010

INFO SAGKI 2010

PRESS RELEASE SAGKI 2010

SIDANG AGUNG GEREJA KATOLIK INDONESIA 2010
"Ia Datang Supaya Semua Memperoleh Hidup Dalam Kelimpahan"
(bdk. Yoh 10:10) 1-5 November 2010

Pada tahun 2010 ini, Gereja Katolik Indonesia akan kembali menggelar Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia ("SAGKI") sebagai pertemuan rutin yang lazim diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Sebagaimana halnya SAGKI 2000 dan SAGKI 2005 yang lalu, pada SAGKI 2010 ini Gereja Katolik Indonesia kembali menegaskan bahwa Gereja adalah bagian yang tidak terpisahkan dari realitas bangsa Indonesia. Justru dalam konteks Indonesia yang beragam dan plural inilah, Gereja Katolik hendak menyadari dan menghidupi terus-menerus "Wajah Yesus" untuk kemudian terpanggil mewujudnyatakan panggilan perutusan Gereja untuk mewartakan Yesus, Sang Kabar Gembira Keselamatan dalam berbagai lingkup kehidupan. Sejalan dengan semangat SAGKI 2000 untuk mewujudkan dan memberdayakan Komunitas Basis untuk menuju Indonesia Baru dan SAGKI 2005 yang mengusung semangat "Bangkit dan Bergerak untuk membentuk Keadaban Publik Bangsa", maka SAGKI 2010 menjadi kesempatan Gereja, baik klerus maupun umat untuk merayakan panggilannya sebagai Gereja Yang Diutus.

Metode Narasi, yakni "saling menuturkan kisah" dan "saling mendengarkan kisah" menjadi warna yang khas dalam perayaan iman SAGKI 2010. Inilah inspirasi dari Kongres Misi Asia I yang diselenggrakan di Chiang Mai, Thailand pada tahun 2006 lalu bagi SAGKI 2010. Metode Narasi diyakini sebagai bentuk pewartaan iman paling efektif dan "khas" untuk orang Asia. Keyakinan ini ditandaskan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Ecclesia in Asia pada tahun 1999.

Dalam suasana perayaan yang penuh dengan kekerabatan dan bukan merupakan bentuk refleksi akademis, SAGKI 2010 akan menjadi media yang tepat bagi 385 peserta yang terdiri dari para Uskup, Imam, Biarawan-Biarawati dan Umat yang berasal dari 37 Keuskupan di Indonesia untuk saling menarasikan kisah-kisah karya evangelisasi dan pastoralnya dalam konteks Indonesia. Beragam kisah "Wajah Yesus", baik dalam lingkup Gereja lokal, dalam keberagaman umat, dalam konteks sentra-sentra perkotaan, pelosok-pelosok pedesaan, maupun dalam situasi kelompok-kelompok sosial terstruktur maupun yang tercerai berai. Situasi kontekstual yang kompleks tersebut akan terangkum dalam 3 sub tema, yakni "Mencari Wajah Yesus dalam dialog dengan budaya" (hari pertama sesi narasi); "Mengenali Wajah Yesus dalam dialog dengan Agama dan Kepercayaan lain" (hari kedua sesi narasi) dan "Mengenali Wajah Yesus dalam Pergumulan Hidup Kaum Marjinal dan Terabaikan" (hari ketiga sesi narasi). Sungguh, tiga realitas Wajah Yesus itu sungguh dominan dalam situasi berbangsa dan bernegara kita dewasa ini. Ketiga realitas tersebut menjadi cermin dari situasi kehidupan sosio-budaya, kehidupan sosio religius dan kehidupan sosio ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, wajah-wajah Yesus yang demikian jelas akan memperkaya cara beriman Gereja dan membangkitkan revitalisasi semangat misi Gereja Katolik Indonesia.

Selama sepekan ke depan, Gereja melalui SAGKI 2010 ini akan menjadikan kisah-kisah "Wajah Yesus" yang disajikan dalam bentuk Narasi Publik maupun Narasi Kelompok, perayaan, doa-doa dan ibadat, Ekaristi, maupun Ekspresi Budaya sebagai sumber kekuatan dan bentara cinta serta damai Kristus di tengah-tengah berbagai prasangka sosial-politik, serangan teror, bencana alam dan bencana buatan manusia. dan dengan keyakinan bahwa melalui Dia, rekonsiliasi itu akan terjadi dan damai yang dirindukan itu akan tercapai.

Harapannya, revitalisasi semangat perutusan para peserta SAGKI 2010 selanjutnya disebarluaskan dan ditularkan ke Keuskupan mereka masing-masing, baik melalui tuturan mereka tentang apa yang mereka alami selama mengikuti SAGKI 2010 maupun melalui dokumen tertulis dan tak tertulis tentang SAGKI 2010. Kekayaan yang dihasilkan SAGKI 2010 diharapkan dimiliki dan dihayati Gereja Indonesia melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, antara lain, oleh komisi-komisi Gereja, baik di tingkat nasional (KWI) maupun di tingkat lokal (keuskupan-keuskupan).

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi:
Bapak Eddy Hidayat
(Koordinator Seksi Dokumentasi dan Humas SAGKI 2010)
Email: ediwartawan@yahoo.comediwartawan@yahoo.com>

Bandung, 29 Oktober 2010

Salam, doa 'n Berkat Tuhan,
+ Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal KWI