Kamis, Juni 23, 2011

22 Juni: St. Thomas More, Martir : Pelindung Pengacara, Politikus dan Negarawan
22 Juni: St. John Fisher, Uskup dan Martir

Oleh: Shirley Hadisandjaja Mandelli


Setiap hari Gereja Katolik bergembira dan memuliakan Allah di Surga bersama-sama para Malaikat dan Orang-orang Kudus pilihan Allah. Hari ini, terutama, Gereja memuliakan Allah dengan memperingati sekaligus dua Orang Kudus, keduanya meninggal sebagai Martir dan Saksi akan persatuan Gereja dan kesakralan Perkawinan. Siapakah kedua Orang Kudus ini?

Thomas More (7 Februari 1478 - 6 Juli 1535) adalah seorang kepala keluarga, pengacara, politisi, penulis dari Inggris. Dia adalah putra seorang hakim, dan perlahan-lahan menjadi pengacara yang terkenal, dan menjadi anggota Parlemen.
Pada tahun 1516 menuliskan karyanya yang paling terkenal "Utopia": sebuah dialog yang menggambarkan sebuah masyarakat yang ideal dan dipimpin dengan keadilan dan kebebasan.

Thomas adalah seorang humanis yang mempelajari para Pujangga Gereja dan menghidupi iman dengan tekad dan sukacita. Ketika Luther memulai perjuangan melawan Roma, Raja Henry VIII dari Inggris menulis sebuah risalah dalam membela doktrin Katolik tentang sakramen-sakramen, dan menerima pujian dari Paus Leo X dan tuduhan dari Luther. Raja Henry juga menerima tanggapan baik dari Thomas More, yang kebudayaan dan integritasnya sangat disukai oleh sang raja. Sering kali More dipercayakan juga dalam misi penting di luar negeri.

Lalu terjadilah krisis yang menggemparkan: Raja Henry menceraikan istrinya Catherine dari Aragon (istri dan kemudian janda saudaranya Arthur), dan menikahi Anne Boleyn. Raja kemudian memutuskan tali persekutuan Gereja Inggris dari Roma, dan menyatakan dirinya sebagai Kepala tunggal. Iman Thomas More yang kuat melarangnya untuk menerima perceraian itu dan supremasi raja dalam hal iman. Dia memikirkan hal itu, mengatakannya kepada raja dan kehilangan pekerjaannya, lalu membiarkan dirinya dikutuk mati tanpa mampu membela diri.

Thomas memberikan dorongan kepada anggota keluarga yang mengunjunginya di penjara Menara London dan menulis hal-hal indah dalam bahasa Latin untuk seorang teman Italia yang tinggal di London, pedagang dari kota Lucca, Antonio Bonvisi: "Temanku, yang paling setia dan paling kukasihi....Kristus menjaga kesehatan keluargamu. " Bonvisi kemudian mengirimkan ke penjara untuk Thomas makanan, anggur dan baju baru untuk dikenakannya (tapi tidak diperbolehkan) pada hari eksekusi.

Tgl 6 Juli, di hadapan algojo, Thomas masih bersikap ramah dan menghibur algojo itu: "Ayo, teman, bersiaplah, tapi lihat, saya mempunyai leher yang agak pendek," dan memberikan koin emas kepada algojo. Ketika waktunya tiba, ia mengucapkan beberapa patah kata seperti yang dianjurkan kepadanya:
Thomas More mengundang semua untuk berdoa bagi Raja Henry VIII, "dan menyatakan dirinya meninggal selaku hamba yang setia kepada Raja, tapi di atas segalanya, setia kepada Allah."

Tanggal 22 Juni, John Fisher, teman Thomas dan uskup Rochester juga dipenggal untuk alasan yang sama.
Revolusi Lutheran, dengan refleksinya dalam bahasa Inggris, membawa John ke garis depan di antara para pembela Gereja Roma, dengan khotbah dan buku-buku
doktrinal, termasuk De veritate corporis et sanguinis Christi di Eucharistia tahun 1522, di mana dia dikagumi di seluruh Eropa karena tulisan bahasa Latin yang indah itu.
Atas perceraian Raja Henry VIII dan Akta Supremasi raja atas Gereja, John Fisher dengan tegas mengatakan tidak setuju.

Karena perlawanannya itu, pada musim semi tahun 1534 John Fisher mengikuti Thomas More dibawa ke penjara Menara London. Mereka tahu apa yang akan terjadi. Tetapi mereka tidak takut. Bahkan, mereka berdua hidup tenang dan menjalankan persahabatan dari sel ke sel tanpa bisa saling melihat, bersurat-menyurat dan saling bertukar hadiah: salad hijau, kue-kue manis, anggur Prancis, semangkuk es krim ... Semua dihadiahkan oleh Antonio Bonvisi, sahabat mereka, pedagang dan humanis asal Italia di London.

Mengetahui hukuman bagi orang yang setia kepada Gereja Roma, Paus Paulus III segera mentahbiskan John Fisher sebagai Kardinal, dengan harapan untuk menyelamatkan dia, namun malah memperburuk situasi. Iblis membangkitkan kesombongan Raja, raja tetap bersikeras dan semakin kukuh melepaskan ikatan dengan Roma.

Hari itu di musim panas tahun 1535, John dibangunkan di penjara Menara London: "Sekarang sudah jam 5, pada jam 10 nanti engkau akan dipenggal." Dia menjawab: "Ya berarti aku masih bisa tidur beberapa jam lagi."
Pada jam 10 John Fisher berjalan menuju tiang gantungan. Selama tiga kali John dijanjikan keselamatan asalkan mau menerima Akta Supremasi. Dengan tenang dia menjawab tiga kali: "tidak", kemudian mati di bawah kapak. Kepalanya dipajang pada tiang Jembatan Sungai Thames. Setelah lima belas hari berlalu, salah satu algojo membuang kepala John Fisher di sungai untuk digantikan dengan kepala Thomas More.

Kedua martir itu meninggal sebagai saksi atas tak terhapuskannya ikatan perkawinan dan atas kesatuan Gereja.

Keduanya dikanonisasi oleh Paus Pius XI pada tahun 1931. Sejak tahun 1980 setiap tanggal 6 Juli di London, Thomas More juga diperingati dalam kalender orang kudus dari Gereja Anglikan. Hari itu diperingati Sengsara St. Thomas More, yang peringatannya dalam Gereja Katolik dirayakan pada tanggal 22 Juni bersama dengan St. John Fisher.
Pada tahun 2000 Thomas More dinyatakan sebagai pelindung negarawan dan politisi oleh Paus Yohanes Paulus II.

Dan Gereja selalu mengingat mereka bersama-sama.

(Berbahagialah mereka yang memiliki profesi selaku Pengacara, Politisi, Negarawan karena mempunyai panutan dari St. Thomas More. Berbahagialah semua yang dengan setia membela Iman dan Gereja mengikuti contoh St. John Fisher.)


Senin, Juni 20, 2011

Benediktus XVI: Caritas Internationalis, Lembaga Gerejani Pewarta Kasih
Written by Shirley Hadisandjaja Mandelli, WNI tinggal menetap di Milano, Italia. on June 12th, 2011


SESAWI.NET, Vaticano — “PERTAMA-TAMA, saya ingin mengucap syukur kepada Allah atas berkatNya yang berlipat ganda kepada Gereja selama 60 tahun berdirinya Caritas Internationalis”.

Ucapan syukur dan bukan ungkapan puja-puji menjadi kalimat pembuka yang diucapkan Paus Benediktus XVI saat menyapa para peserta Sidang Umum Caritas Internationalis ke-19 di Vatican City, 27 Mei 2011 lalu. Tahun ini, badan internasional gerejani ini mengambil tema One Human Family, Zero Poverty menjadi rujukan Sidang Umum mereka dalam rangka memperingati 60 tahun berdirinya lembaga karitatif gerejani ini.

Tentu, selain mengucapkan pujian atas kinerja yang mengagumkan dari lembaga sosial karitatif gerejani ini, Paus sebagai pemimpin gereja universal juga kembali menegaskan “asas dan dasar” Caritas Internationalis.

“Caritas Internationalis telah mendapatkan kesan khusus di hati segenap umat gerejani universal, terutama karena kerjasamanya dengan hirarki Gereja. Caritas Internationalis terpanggil untuk berpartisipasi menjalankan misi Gereja yakni melaksanakan karya-karya amal untuk menunjukkan Kasih yang tak lain adalah Allah itu sendiri,” ungkap Paus.