Jumat, Januari 07, 2011

BEATIFIKASI PAUS YOHANES PAULUS II

Wojtyla (Paus Yohanes Paulus II) dibeatifikasi pada musim panas

Oleh: Shirley Hadisandjaja Mandelli


Pondok Renungan, 5 Januari 2011

VATIKAN,

Konsultasi medis mengakui mukjizat yang dilakukan oleh Yohanes Paulus II. Dalam pertengahan Januari 2011, para kardinal dan uskup dalam Kongregasi Beatifikasi akan melakukan pengambilan suara. Pada saat itu, beatifikasi akan menjadi hanya masalah waktu saja.


Yohanes Paulus II akan dibeatifikasi pada tahun 2011, mungkin sebelum musim panas. Dalam beberapa pekan terakhir, konsultasi medis dari Kongregasi bagi Penyebab Orang Kudus pada kenyataannya menyatakan setuju atas mukjizat yang dikaitkan dengan perantaraan Paus Wojtyla - kesembuhan seorang biarawati Perancis dari penyakit Parkinson - dan dokumentasi dalam beberapa hari terakhir ini juga telah lulus pemeriksaan para teolog.

Sebelum dokumen itu sampai di meja Paus Benediktus XVI, sekarang tinggal menunggu saja lampu hijau dari para kardinal dan uskup anggota Kongregasi, yang baru saja menerima dokumen mengenai mukjizat itu.

Masih dalam ingatan kita, dekrit tentang kesucian Karol Wojtyla, yang secara efektif menandai akhir dari proses itu, diumumkan secara resmi oleh Paus Ratzinger, tanggal 19 Desember 2009, setelah suara bulat dukungan para kardinal dan uskup.
Postulator dari penyebab beatifikasi, Monsignor Slawomir Oder, telah mengajukan dugaan mukjizat kepada Kongregasi, salah satu dari banyaknya laporan rahmat yang diterima melalui perantaraan Yohanes Paulus II, dikumpulkan setelah kematiannya. Hal ini menyangkut mukjizat kesembuhan Suster Marie Simon-Pierre, seorang biarawati Perancis berusia 44 tahun, yang menderita suatu bentuk agresif penyakit Parkinson.
Penyakit yang memaksanya untuk meninggalkan pelayanannya di bangsal sebuah rumah sakit bersalin di Arles, dan yang secara misterius langsung menghilang setelah para suster-suster lainnya, pada bulan Juni 2005, datang kepada Yohanes Paulus II yang baru saja meninggal, untuk memohon rahmat mukjizat kesembuhan.

Setelah melalui penyelidikan pertama dan kedua yang belum lagi menyetujui mukjizat itu, Kongregasi bagi Penyebab Orang Kudus juga mempercayai sebuah penelitian ahli ketiga kalinya untuk menyelidiki kasus ini dan menghapus semua keraguan. Jika tidak, mereka akan meneliti kembali sebuah dugaan mukjizat lainnya.

Sekarang, setelah penelitian-penelitian yang memakan waktu yang diperlukan, pendapat dari konsultasi medis telah menyetujui. Tak seorang pun, dalam diskusi dan suara yang telah diambil dalam proses tersebut, pernah menyatakan keraguan tentang kesucian pribadi Yohanes Paulus II.

Reuni para dokter dan teolog yang telah memberikan lampu hijau, dinyatakan sebelum akhir tahun 2010, dengan penuh kerahasiaan. Setelah suara bulat yang mengakui kesucian, yang telah menganugerahkan gelar "terhormat" kepada Wojtyla, dan sekarang suara dari konsultasi medis tentang mukjizat (Positio super Miro), kita dapat mengharapkan bahwa reuni terakhir dari para kardinal dan uskup akan menyetujui keputusan tersebut dalam beberapa hari mendatang.

Jika hal tersebut terjadi, itu berarti Kepala Kongregasi bagi Penyebab Orang Kudus, Kardinal Angelo Amato, dapat menghadap kepada Paus untuk menyerahkan persetujuan akan mukjizat itu. Sejak saat itu, beatifikasi Yohanes Paulus II hanya soal waktu saja.
Teorinya kemungkinan akan dilakukan pada 2 April 2011 perayaan ulang tahun kelima kematiannya, atau suatu hari di bulan Mei. Atau bisa juga pada bulan Oktober, perayaan ulang tahun pemilihan dirinya menjadi Paus.

Beatifikasi Yohanes Paulus II akan menjadi sebuah upacara dengan masalah organisasi yang cukup besar, mengingat jumlah orang yang akan berdatangan hari itu di Roma.
Selama pemakaman Paus asal Polandia, yang dirayakan oleh dekan Kardinal Joseph Ratzinger, spanduk-spanduk dipajang di Lapangan Santo Petrus dengan kata-kata "Santo segera."
Benediktus XVI setelah mengevaluasi setiap proposal, memutuskan pada bulan Juni 2005 untuk memulai segera proses beaitifikasi, tanpa menunggu waktu lima tahun yang direncanakan harus berjalan sejak kematian dari kandidat menuju altar -, tapi tanpa jalan pintas.


(Oleh: Shirley Hadisandjaja Mandelli, dari sumber: Il Giornale)

www.pondokrenungan.com